Para pakar mengusulkan lokasi temuan berbentuk balok atau prisma dalam area Kecamatan Lubuk Alung, Padang Pariaman, Sumatra Barat, ditetapkan sebagai . Salah satu alasannya adalah temuan batuan berbentuk lesung.
“Di lokasi ini kita menemukan beberapa objek yang tersebut dimaksud diduga hasil budaya, atau objek diduga cagar budaya,” kata guru besar sejarah dari Universitas Andalas (Unand) Herwandi, pada Padang Pariaman, Kamis (12/10) dikutip dari Antara.
Alasannya, banyak temuan benda yang tersebut diduga kuat peninggalan manusia pada sekitar lokasi tumpukan bebatuan tersebut, seperti lesung yang tersebut terbuat dari batu, batu berbentuk balok dengan motif lurus (ulir), hingga benda mirip pisau atau kapak.
Sebelumnya, Dinas Pendidikan juga Kebudayaan Kabupaten Padang Pariaman menerima laporan dari warga perihal temuan lokasi dengan bebatuan unik di dalam dalam wilayahnya.
Pemda kemudian mengirim tim ahli ke lokasi. Hasilnya, Disdikbud Pariaman menduga gundukan batuan hal itu merupakan benda cagar budaya.
Sementara, ahli geologi menduga batuan di dalam tempat lokasi ini merupakan kekar kolom atau columnar joint hasil proses vulkanis selama jutaan tahun.
Batuan sejenis terdapat pada Situs Gunung Padang, yang digunakan diklaim pada area era SBY sebagai sisa piramida dalam kebudayaan prasejarah Nusantara.
Herwandi menjelaskan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, benda alam juga benda hasil tangan manusia bisa ditetapkan sebagai cagar budaya.
Namun, butuh kajian mendalam sebelum penetapannya.
“Posisinya sementara itu adalah objek diduga cagar budaya,” kata Herwandi, yang dimaksud dimaksud juga menjabat Dekan Fakultas Ilmu Budaya Unand tersebut.
Dia juga tak menghentikan kemungkinan batuan yang disebut merupakan kekar kolom atau columnar joint seperti pandangan para arkeolog. Jika terbukti benar kekar kolom, Herwandi menyebut itu merupakan satu dari sedikit columnar joint di area area dunia.
“Columnar joint itu dalam dunia tidak ada ada banyak. Di Rusia, Selandia Baru, Amerika Serikat, lalu Korea Selatan masing-masing ada satu,” ungkap dia.
Sementara itu, ahli geologi dan juga juga vulkanologi Ade Edward mengatakan tumpukan bebatuan hal itu diduga kuat adalah kekar kolom berusia 40 hingga 60 jt tahun. Namun, hal itu masih membutuhkan kajian atau penelitian mendalam dari pakar.
Terkait benda berbentuk lesung, Ade menilai hal itu bisa saja jadi cuma lantaran adanya proses alamiah. Dengan kata lain, cekungan benda mirip lesung itu terbentuk akibat pelapukan kimia.
Ia pun mendorong pemda mengajukan lokasi temuan tumpukan batu ini sebagai kawasan cagar geologi ke Kementerian Energi juga Sumber Daya Mineral (ESDM).
“Pemerintah harus segera mengajukannya agar ditetapkan menjadi kawasan cagar geologi atau geoheritage nasional,” kata Ade.
Khusus pada Sumatera, temuan kekar kolom sudah ada di Geopark Merangin, Merangin, Jambi, yang dimaksud hal itu baru-baru ini masuk dalam UNESCO Global Geoparks.
Lantaran columnar joint dalam Padang Pariaman ini tergolong unik kemudian langka, Ade, yang dimaksud tergabung dalam Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) tersebut, mendesak pemerintah segera mengambil tindakan untuk melindungi temuan itu.
Ia khawatir batuan ini habis ditambang sebagai unsur material, seperti yang dimaksud terjadi dalam area Kabupaten Pesisir Selatan. “Mudah-mudahan ini sanggup diajukan sebagai cagar alam geologi,” tandasnya.
