Para peneliti menemukan sering memalsukan kematiannya sendiri untuk menghindari yang tersebut yang gigih.
Hal ini membantah gagasan terdahulu bahwa katak betina secara pasif tunduk pada keinginan katak jantan selama musim kawin, kata penulis studi baru, yang tersebut digunakan berfokus secara khusus pada katak umum Eropa (Rana temporaria) .
“Penelitian kami memberikan bukti jelas bahwa katak betina, bahkan dalam kelompok kawin yang digunakan padat dengan peternak yang dimaksud mana mudah meledak, bukan berdaya seperti yang dimaksud dimaksud diperkirakan secara umum,” tulis para peneliti dalam makalah yang diterbitkan pada dalam The Royal Society.
<! s: parallax > <! e: parallax >
Dikutip dari LiveScience, perkembangbiakan secara eksplosif adalah strategi yang mana digunakan umum dilaksanakan katak. Bentuknya, berkumpul dalam total keseluruhan besar dalam waktu singkat setiap musim semi untuk kawin.
Ketika pejantan saingannya secara bersamaan mencoba bereproduksi dengan betina, merek diketahui membentuk ‘bola kawin’. Dalam kelompok katak Eropa yang tersebut itu sedang kawin, tak ada jarang enam katak jantan mengelilingi kemudian menempel pada satu katak betina.
Ketika jadwal musim kawin begitu padat, bukan banyak waktu untuk saling mengenal atau pendekatan satu serupa lain. Bagi katak betina, jadwal ini sanggup melelahkan juga juga bahkan mengancam nyawanya.
Ketika bola kawin terbentuk pada tempat sekitar mereka, sebagian besar betina tampaknya bukan ada mampu menyingkirkan pejantan yang tersebut digunakan tidaklah diinginkan, lalu juga pergulatan hal hal tersebut dapat mengakibatkan dia tenggelam.
Untungnya, katak betina Eropa mempunyai beberapa pertahanan, meskipun ini ditemukan secara bukan sengaja.
Ahli ekologi Carolin Dittrich juga ahli herpetologi Mark-Oliver Rödel, dari Institut Leibniz untuk Ilmu Evolusi serta Keanekaragaman Hayati di tempat tempat Jerman, pada awalnya melakukan percobaan pada spesies hal itu untuk menguji apakah pejantan lebih lanjut besar menyukai ukuran tubuh betina tertentu.
Para peneliti menempatkan dua ekor katak betina dengan ukuran berbeda ke dalam wadah berisi air bersama satu katak jantan, lalu mencatat tingkah laku katak yang digunakan disebut selama satu jam.
Mereka tiada menemukan preferensi ukuran apa pun. Namun, mereka itu memperhatikan perilaku penghindaran betina sehingga merekan itu memutuskan untuk menyelidiki lebih besar besar lanjut.
“Kami mengamati tiga perilaku penghindaran betina, yaitu ‘rotasi’, ‘panggilan pelepasan’ serta tonic immobility (berpura-pura mati),” menurut para penulis.
Secara total, 54 betina ditangkap oleh pejantan yang tersebut digunakan mencoba kawin. Mereka menunjukkan perilaku menghindar, sering kali terlihat mencoba berbagai teknik.
Salah satu teknik yang dimaksud mana populer (digunakan oleh 83 persen betina) adalah memutar tubuh saat dicengkram pejantan.
“[Gerakan] ini menempatkan pejantan di area tempat bawah air, sehingga pejantan melepaskan diri agar tak tenggelam,” kata Dittrich.
Teknik lainnya yang digunakan hampir separuh atau 48 persen katak betina adalah dengan melepaskan geraman juga derit saat ditunggangi jantan. Ini adalah strategi menipu yang hal itu melibatkan peniruan seruan katak jantan untuk mengelabui mereka dan melepaskannya.
“Tapi tidaklah jelas apa yang dimaksud mana menandakan frekuensi derit yang digunakan hal tersebut tambahan tinggi,” ucap dia.
Selain itu, 33 persen betina memakai cara menghindari perkawinan dengan berpura-pura mati. Secara ilmiah, mereka menunjukkan kondisi tonic immobility; anggota tubuh merek yang tersebut terentang menjadi kaku juga tak bereaksi terhadap perhatian laki-laki.
“Bagi kita, tampaknya betina hal itu berpura-pura mati, meskipun kami tak dapat membuktikan bahwa itu adalah perilaku yang tersebut yang disebut disengaja,” kata Dittrich, “Ini dapat semata-mata merupakan respons otomatis terhadap stres.”
Katak betina yang tambahan kecil, yang digunakan dimaksud biasanya lebih besar tinggi muda, adalah yang digunakan paling mungkin menggunakan ketiga strategi pencegahan kawin tersebut.
Sementara, kata Dittrich, katak betina yang dimaksud mana lebih besar besar besar, kemungkinan lebih banyak tinggi tua, cenderung tiada memalsukan kematiannya sendiri.
Hasilnya, katak betina yang digunakan lebih tinggi tinggi kecil umumnya lebih banyak lanjut baik dalam melarikan diri dari rayuan jantan dibandingkan katak yang mana dimaksud lebih lanjut lanjut besar.
Secara keseluruhan, 46 persen betina yang digunakan mana ditunggangi jantan berhasil melarikan diri.
“Tonic immobility mungkin merupakan pilihan yang digunakan lebih lanjut lanjut baik bagi betina daripada berjuang untuk keluar,” tulis Dittrich juga Rödel, “karena setiap gerakan dalam kelompok kawin besar secara otomatis menarik perhatian pejantan di area dalam dekatnya lalu juga dengan demikian meningkatkan kemungkinan pembentukan bola kawin. ”
Para penulis mencatat bahwa eksperimen merek mungkin bukan mencerminkan bagaimana perilaku ini terjadi di tempat dalam alam liar.
Mencari tahu tambahan banyak tentang cara hidup teman katak kita dapat membantu para ilmuwan dalam konservasi mereka, hal ini penting dikarenakan banyak spesies amfibi yang digunakan dimaksud terancam punah.
Misalnya, jika katak betina cenderung berpura-pura meninggal pada tempat lingkungan yang tersebut dimaksud tidaklah dikenalnya, para ahli ekologi dapat mengambil langkah-langkah untuk mengurangi fragmentasi habitat juga juga menegaskan bahwa katak betina mempunyai akses ke tempat berkembang biak yang mana aman juga familiar.
<! s:banner newstag > <! e:banner newstag > <! s:fokus > <! e:fokus >